Kata “Ida Sanghyang
Widdhi Wasa” sudah digunakan dalam Piagam Tjampuhan yang dibuat pada bulan
Nopember 1961. Dalam pembukaan Piagam ini disebutkan,
versi bahasa Indonesia: : “Atas karunia Ida Sanghyang Widdhi Wasa” kepada
Pesamuhan – Agung ini……”. Versi bahasa Bali : Saking paswetjan “Ida Sanghyang
Widdhi Wasa” ring Pesamuhan Agung piniki. …..
Lalu dalam
butir IV dari Dharma Agama disebutkan : Di dalam Tri-Kayangan harus diadakan
Padmasana atau Sanggar Agung sebagai Sthana Ida Sanghyang Widddi Wasa” Versi
bhs Bali : Sadjeroning Tri Kayangan patut kawentenang Padmasana wiadin Sanggar
Agung maka Sthana IDA SANGHYANG WIDDHI WASA (aslinya huruf besar).
Apakah
berarti istilah Ida Sanghyang Widdhi Wasa” diciptakan oleh para peserta
Pesamuhan Agung pada bulan Nopember 1961? Tidak juga. Orang Kristen mengklaim
istilah “Sang Hyang Widdhi” diciptakan oleh missionaries Kristen pada tahun
1930an. Tetapi tidak dijelaskan siapa misionaris yang menciptakan istilah ini. Pada waktu
itu missionaries Kristen berasal dari tiga bangsa yaitu Belanda, AS, dan China.
Siapa dari missionaries ini yang menciptakan istilah “Sang Hhyang Widdhi” ini.
Hebat sekali orang-orang asing ini bisa menciptakan istilah yang begitu mudah
diterima oleh penduduk lokal. Yang benar adalah missionaries itu, siapapun
mereka, hanya memilih istilah itu dari istilah-istilah yang sudah ada, seperti
Sang Hyang Paramakawi, Sang Hyang Tuduh dan Sang Hyang Widdhi, dan mereka
memilih yang terakhir, Sang hyang Widhi (dengan satu “d”).
Fred B
Eisman, Jr dalam bukunya “Bali, Sekala & Niskala” mencatat kata Widdhi
(Widi) sendiri telah digunakan oleh masyarakat banyak pada waktu itu. Seorang
bebotoh yang kalah akan berkata “sing la widi” (maksudnya “sing ngelah widhi”
artinya tidak punya Tuhan), suatu ungkapan yang biasa digunakan bila seseorang
menerima kemalangan. Kata Widi atau Widdhi, tentu tidak lahir dari peristiwa atau
pemikiran atau perenungan para bebotoh. Kata ini sudah ada jauh sebelumnya,
sehingga para bebotohpun lacar mengucapkannya. Kita dapat mencari asal usulnya
di dalam bahasa sansekerta yaitu : “Vidya’ yang memiliki banyak arti antara
lain : knowledge, science, learning, scholarship, philosophy. Knowledge juga
dipersonifakasikan dan diidentifikasikan dengan Durga (M. Monier illiams : A
Sanskrit Engglish Dictionary). Di dalam kamus ini juga ada kata Viddhi yang
artinya “the act of piercing, perforating” (tindakan menembus, melubangi).
Kemungkinan
besar orang Hindu di Jawa dahulu mengambil kata Widdhi dari Widya, yang diberi
arti Yang Maha Mengetahui. (Dalam komik Panji Koming di Kompas Minggu,
yang menggambarkan masyarakat Majapahit, selalu menggunakan kata Sang Hyang
Widdhi).
Sedangkan kata Sanghyang atau Sang Hyang sudah ditemukan dalam naskah-naskah kuno seperti Slokantara, dan Wraspati Tattwa (Bali), Centini dan Dandang Gula (Jawa); Sanghyang Siksa Kandang Karesian dan Prasasti Sanghyang Tapak yang berangka tahun 1030 M (Sunda).
Sedangkan kata Sanghyang atau Sang Hyang sudah ditemukan dalam naskah-naskah kuno seperti Slokantara, dan Wraspati Tattwa (Bali), Centini dan Dandang Gula (Jawa); Sanghyang Siksa Kandang Karesian dan Prasasti Sanghyang Tapak yang berangka tahun 1030 M (Sunda).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar